Sabtu, 14 Februari 2015

Kehadiranmu


Jiwa yang dulu layu
Kini telah kau sirami
Dengan rasa sayangmu
Membelai indah dalam sukma
Melambung tinggi ke angkasa

Di malam hari
Kau bagaikan bintang
Yang selalu menemani
Rembulan yang bersinar terang

Menerangi malamku
Dan membawa pergi
Rasa sepi ku

kau yang memberi warna baru
Dalam bingkai hidupku
Ketulusan hatimu
Sangat berarti untuk ku

Bukan emas
Bukan perak
Bukan permata

Namun …
Hanya secuil cinta
Yang mampu
membuatku bahagia
Dan mampu
Beri semangat hidup
Di malam yang gelap gulita

Kau yang tersimpan di lubuk hatiku
Yang bersemi dalam jiwaku
Senin, 09 Februari 2015

Renungan Ambalan Lintang songo Gudep SMA Darul Ulum Kepohbaru

1.       Duh Gusti Allah yang menguasai jagad. Kalau memang aku ditakdirkan menjadi Seorang Pramuka, yang membimbing anak bangsa,  kalau diriku yang seperti ini ditugasi mendidik anak negeri ini, kalau aku yang hanya berkemampuan seperti ini diwajibkan mengantarkan peserta didik ke gelas cita-citanya, Sanggupkah aku ? 
2.         Ya….Allah yang menguasai diriku dengan sekuat kekuatan-Mu, izinkan aku bertanya. Pantaskah aku menjadi Seorang Pramuka
3.       Wahai nuraniku yang sejati, sebenarnya siapakah aku ? Betulkah aku orang yang mampu menguak rahasia pendidikan, Benarkah aku, orang yang mampu mengajak generasi baru ke arah indahnya gemericik air?  Aku  sendiri, rasanya tidak sanggup menjawab semua itu. Namun, dengan keberanian semu, lontaran ucap yang asal bersilat, dan niat yang separuh hati, aku memberanikan diri masuk dan menjadi Seorang Pramuka   untuk berpura-pura dapat membina anak didik  kami. Wahai nuraniku yang paling dalam dan selalu bersih  dari semua kotoran dosa, berilah titik kejernihan berfikir kepadaku sehingga aku mampu menimbang dan tidak bimbang.
4.       Oh….Bapak dan ibuku di rumah sana, sejatinya aku ini siapa ? betulkah Bapak dan Ibu di ruang sana, ruang yang Bapak dan Ibu nikmati saat ini, benarkah aku orang yang tepat mencari jalan untuk membina generasi bangsa yang  terpuruk ini. Ataukah, aku adalah orang yang tidak berhati nurani dengan berpura-pura semangat menjadi Seorang Pramuka , namun hati kecilku meronta keras dan ingin lari dari dunia Kepramukaan yang sangat  menjemukan ini.
5.       Kejujuran dan keikhlasan adalah kunci kebenaran hakiki. Namun, apakah aku ini mampu masuk ke relung hakiki. Padahal, kejujuran dan keikhlasan masih sebagai penghias diri.
6.       Betapa sulit membimbing anak negeri dengan berkalung merah putih. Begitu kompleks dan rumit cara-cara membinanya. Namun, mengapa aku saat ini ada di sini ?
7.       Jika api berkobar karena bara, jika angin  bergerak karena arah. Tetapi aku, semangat menjadi Seorang Pramuka, karena apa ? Aku sendiri tidak tahu.
8.       Memang pepatah mengatakan, jangan berlayar kalau tidak cukup bekal. Namun, kalau tali sudah diikatkan, layar sudah dikembangkan, pantang perahu surut ke pulau. Bisakah aku sekuat  perahu dalam mengarungi biduk pembinaan pramuka di negara Indonesia  ini ?
9.       Saat ini memang dengan keyakinan tinggi aku bisa menjadi Seorang Pramuka . Namun, benarkah aku tidak akan menjadi Seorang Pramuka  yang setengah-setengah ?
10.     Duh …. Bapak dan ibuku, relakan aku menanggung semua ini. Ya….Alloh Tuhan yang maha  pemurah, berilah aku keyakinan diambang ketidak-pastian ini.
11.     Baiklah, apapun yang terjadi, aku sudah bermandi niat, berbekal semangat, dan bersenjatakan tekad. Demi Alloh  penguasa alam, demi nurani sejatiku, dan demi alam seisinya. Detik ini aku berjanji akan menjadi Seorang Pramuka yang sejati. Bukti awalnya, aku menuliskan sendiri niat dan tekad ini.
12.     Inilah niat dan tekadku : “……………………………..………………………………….. semoga aku di ridloi segala niat dan tekadku untuk mengabdi didunia pramuka untuk menuju cita – cita mulia,   amiiin.